Minggu, 21 Oktober 2018

Nikmat Terbesar

"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan" QS Ar-Rahman

Taukah kita apa nikmat terbesar yang diberikan Allah di dunia ? itu adalah sesuatu yang lebih besar dari kekayaan, lebih besar dari kesuksesan dunia , lebih besar dari prestasi yang kita raih, yang semua itu bisa jadi hilang di telan dunia itu sendiri. Itu adalah  islam dan iman. Pernah bersyukur akan keimanan dan keislaman kita? Jika belum, yuk bersyukur sekarang karena itulah nikmat terbesar untuk manusia yang merasakannya. Jika bukan karena Allah bisa jadi islam dan iman itu tidak ada di dalam hati kita, bisa jadi hidayah itu tidak sampai kepada kita, bisa jadi cintaNya bukan untuk kita. Maka yuk bersyukur tiap kita menghela nafas dan jantung masih berdetak. 

Beberapa hari lalu, lagi lagi Allah masih sayang, masih perhatian, kedua kaki ini masih diarahkan menuju majelis ilmu yang mendekatkan diri kepadaNya. Ilmu kembali di dapat lewat perantara Ustadz Salman Al Jugjawi dan Ustadz Salim A Fillah yang mengingatkan kembali untuk senantiasa bersyukur akan nikmat hijrah dan ukhuwah. Dan semoga tulisan ini bisa menjadi bentuk rasa syukur atas ilmu yang didapat. 

Mungkin diantara kita ada yang menyesal. Kenapa kita dilahirkan di zaman ini? bukan di zamannya Rasulullah masih hidup, agar bisa bertemu beliau. Kenapa kita harus hidup di zaman penuh fitnah? dimana umat Islam mulai melihat agamanya sendiri samar dan persaudaraan mulai retak. Mungkin terkadang kita berpikir demikian. Namun, bisakah kita menjamin, ketika kita hidup di zamannya Rasulullah kita akan beriman kepada Allah? bisakah kita menjamin kita akan ikut berjuang bersama Rasulullah untuk menyebarkan islam, bukan malah menjauhi islam? Bisakah kita menjamin, ketika kita bertemu beliau kita akan mudah mempercayainya, bukan malah mendustakannya? Karena banyak orang - orang di zaman itu, bertemu Rasulullah, tetapi malah memeranginya, mencacinya, menganggapnya gila, menyiksanya, dan tidak mempercayainya, bahkan pamannya sendiri! hingga meninggal belum mengucapkan kalimat syahadat walau beliau tetap melindungi Rasulullah. Yakin kah kita tidak termasuk orang - orang tersebut jika kita lahir di zaman itu ? Maka, syukuri keislaman dan keimanan kita saat ini. 

Jika kita mengeluh atau merasa berat dengan fitnah  terhadap kita di zaman sekarang, maka kita patutlah malu karena fitnah kita tak sebanding dengan fitnah Rasulullah dan para sahabatnya. Kita solat dengan tenang dan di masjid, sedangkan Rasulullah pernah solat di dekat Kabah berlumuran kotoran unta. Saudara kita bebas jika ingin masuk islam dan mengucapkan syahadat, sedangkan Bilal harus disiksa, ditindih batu dibawah terik sinar matahari oleh majikannya agar dia kembali murtad. Kita boleh dimana saja membaca Al-Qur'an, sedangkan sahabat Rasulullah harus mendapatkan pukulan bertubi - tubi karena melafalkan kalimat - kalimat Allah hingga pingsan, diseret ke rumahnya lantas sadar, dan membaca Al - Qur'an lagi dan dipukuli lagi hingga pingsan, dan seterusnya. Masihkan kita merasa berat? Maka, yuk disyukuri keadaan bagaimana pun dan sebesar apapun fitnah itu. 

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam duduk menghadap para sahabat.
Kemudian beliau bertanya, “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”.
“Malaikat, ya Rasul,” jawab sahabat.
“Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?” Tukas Rasulullah.
“Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah” para sahabat kembali menjawab
“Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul.
“Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rasul”.
“Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerasulanku.” Ujar Rasulullah.
Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau bersabda, “Yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasul “adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku.
Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.” 


Kita adalah generasi itu, generasi yang dirindukan Rasulullah, generasi yang sangat ingin beliau temui, generasi yang tak pernah bertemu beliau tetapi mengimani apa yang dikatakan dan diperbuat oleh beliau. Maukah kita menjadi bagian dari saudara - saudara yang dimaksud oleh Rasulullah? 
Maka bersyukurlah! Atas nikmat yang terbesar ini. 

Semoga bermanfaat. Wallahualam 

Kamis, 18 Oktober 2018

Assalamualaikum

Khairunnas anfa'uhum linnas . Sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain . Bermanfaat bisa dimana saja,  bisa dengan apa saja.  Bermanfaat tak harus besar,  tetapi kebermanfaat sekecil apapun bisa jadi lebih baik,  jika kita ikhlas melakukannya. Bisa jadi yang kecil itulah yang menentukan,  mendorong kebermanfaatan yang lebih besar . 

Salah satunya lewat tulisan.  Lewat kata per kata yang dirangkai dengan baik, hingga menjadi suatu cerita,  hingga dibaca oleh satu orang , dua orang,  banyak orang,  dan bisa mengubah mereka lebih baik.  Insyaa Allah mau mulai menulis lagi. Walaupun harus pindah platform,  semoga tidak menghilangkan esensi kebermanfaatan itu sendiri . Monggo ditunggu dan selamat membaca pada waktunya :)